Ikhlas, amalan bermakna luas

Dan yang engga kalah penting untuk dibahas setelah Bismillah dan niat adalah Ikhlas.

Nah, temen-temen, apa sih ikhlas itu ? gimana ya biar kita bisa ikhlas ? seberapa penting sih ikhlas buat kita ? Apa sih indikator kalo kita tuh udah ikhlas ? dan lain sebagainya pertanyaan yang bakal timbul kalo kita diskusi tentang ikhlas.

Hmm,,, kalo menurut saya sih, pengertian ikhlas yang pernah didapat dari suatu acara spiritual motivation training adalah ibarat kalkulasi dari angka satu yang dibagi dengan angka nol. Berapa tuh hasilnya ? Yap betul,,, hasilnya adalah tak terdefinisi. Bahkan kalo dalam fungsi limit, dia bisa menjadi tak terhingga.

Maksudnya apa sih ?! hehe... maksudnya adalah sulit mendefinisikan secara pasti apa itu ikhlas dan bagaimana indikatornya bila kita sudah berbuat ikhlas. Bahkan ada yang berpendapat, malaikat aja engga tau kita itu udah ikhlas atau belum, karena yang Maha Tahu hanya Allohu Robbul ‘Izzati. Jadi indikator nilainya cuma Alloh sendiri yang megang. Jadi urusan pahala ikhlas itu hak mutlak Alloh.

Al-Junaid berkata, “ikhlas merupakan rahasia antara Alloh dengan hamba, yang tidak diketahui kecuali oleh malaikat sehingga dia menulisnya, tidak diketahui syetan sehingga dia merusaknya, dan tidak pula diketahui hawa nafsu sehingga ia mencondongkannya.”

Dalam kitab Madarijus Salikin, Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah menyebutkan tempat-tempat persinggahan “Iyyaaka Na’budu wa iyyaaka Nasta’iin” di antaranya adalah ikhlas. Sehubungan dengan tempat persinggahan ikhlas ini, Alloh telah berfirman dalam Al-Quran:

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. “ [QS. Al-Bayyinah (98) : 5]

“Sesunguhnya kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, Hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.” [ QS. Az-Zumar (39) : 2-3]

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,” [QS. Al-Mulk (67) : 2]

Fudhail bin ‘Iyadh berkata, “Maksud yang lebih baik amalnya dalam ayat ini adalah yang paling ikhlas dan yang paling benar.”

Orang-orang bertanya, “wahai abu Ali, apakah amal yang paling ikhlas dan paling benar itu?”

Dia menjawab, “Sesungguhnya jika amal itu ikhlas namun tidak benar, maka ia tidak diterima. Jika amal itu benar namun tidak ikhlas, maka ia tidak akan diterima, hingga amal itu ikhlas dan benar. Yang ikhlas ialah yang dikerjakan karena Alloh dan yang benar adalah yang dikerjakan menurut as-Sunnah.”

Kemudian ia membaca ayat :

“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabbnya.” [QS al-Kahfi (18) : 110]

Yang membuat kita sepatutnya khawatir adalah ...

“Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.” [QS Al-Furqon (25): 23]

Amal yang seperti debu itu adalah amal-amal yang dilandaskan bukan kepada Al-Quran dan As-Sunnah atau dimaksudkan bukan karena Alloh. Di dalam Ash-Shahih disebutkan dari Anas bin Malik ra.,dia berkata, Rasulullah saw bersabda : ‘ tiga perkara, yang hati orang mukmin tidak akan berkhianat jika ada padanya : amal ikhlas karena Alloh, menyampaikan nasihat kepada para waliyyul amri, dan mengikuti jamaah orang-orang Muslim karena doa mereka meliputi dari arah belakang mereka.” (HR. At-Thirmidzi dan Ahmad)

Tapi tenang aja kawan, meskipun Ikhlas sendiri merupakan salah satu syarat diterimanya ibadah kita, kita engga perlu risau untuk itu, harusnya dengan begitu kita semakin giat berusaha untuk mencapai keikhlasan. Karena kita hidup di dunia ini emang untuk beribadah dan berusaha. Dan betapa hebatnya keutamaan ikhlas dan menjadi seorang mukhlasin itu.

Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka. [QS. Shaad (38) :82 – 83]

Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau Telah memutuskan bahwa Aku sesat, pasti Aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti Aku akan menyesatkan mereka semuanya, Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka [QS Al-Hijr (15) : 39 – 40]

Al-Fudhail berkata, “Meninggalkan amal karena manusia adalah riya’, mengerjakan amal karena manusia adalah syirik. Sedangkan ikhlas adalah jika Alloh memberikan anugerah kepadamu untuk meninggalkan keduanya.”

Kawan, yakinlah bahwa Dia Maha Tahu segala isi hati kita. Tidak khawatirkah kita jika terkadang terselip rasa riya itu dalam qalbu kita?! Tidak risaukah kita jika kita terlena sehingga sulit mendeteksi penghancur amal yang ternyata tumbuh subur dalam hati kita ?!

Astaghfirullah,,, maafkan diri ini ya Rabb...

Orang-orang yang ikhlas senantiasa merasa takut terhadap riya yang tersembunyi, yaitu yang berusaha mengecoh orang-orang dengan amalnya yang shalih, menjaga apa yang disembunyikannya dengan cara yang lebih ketat daripada orang-orang yang menyembunyikan perbuatan kejinya. Semua itu dilakukan karena mengharap agar diberi pahala oleh Alloh pada Hari Pembalasan nanti.

Noda-noda riya yang tersembunyi banyak sekali ragamnya, hampir tidak terhitung jumlahnya. Selagi seseorang menyadari darinya yang terbagi antara memperlihatkan ibadahnya kepada orang-orang dan antara tidak memperlihatkannya, maka di sini sudah ada benih-benih riya. Tapi tidak setiap noda itu menggugurkan pahala dan merusak amal. Masalah ini harus dirinci lagi secara detail.

Telah disebutkan dalam riwayat Muslim, dar hadits Abu Dzarr ra., dia berkata, “Ada orang yang bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat engkau tentang orang yang mengerjakan suatu amal dari kebaikan dan orang-orang memujinya?”. Beliau menjawab, “itu merupakan kabar gembira bagi orang-orang mukmin yang diberikan terlebih dahulu di dunia.”

Namun, jika dia ta’ajub (sombong) agar orang-orang tahu kebaikannya dan memuliakannya, berarti ini adalah riya.”

Wallahu ‘alam bish showwab...

_amaLzLuvbio 2009_ (adapted from some references)

Komentar

Postingan Populer