Niat, Bersitan Qolbu yang kadang terlewat

Kawan-kawan, setelah membicarakan urgensi Bismillah, sekarang kita tengok bareng-bareng yuk hubungannya Bismillah dengan niat.

Niat, apa sih niat itu ? kata seorang guru di sekolah, secara etimologis, niat adalah kemunculan semangat yang menuju suatu perbuatan dengan tujuan tertentu. Dan fungsi niat itu sendiri adalah untuk membedakan antara suatu adat (kebiasaan yang mubah) atau ibadah (yang akan bernilai pahala).

Sahabat sekalian, ngomong-ngomong soal niat, selalu menarik untuk membicarakan suatu hadits. Inilah hadits pertama yang dituliskan, diurutkan menjadi yang pertama, dalam Kitab Hadits Arba’in An-Nawawi.

Dari Amirul Mu’minin, (Abu Hafsh atau Umar bin Khottob rodiyallohu’anhu) dia berkata: ”Aku pernah mendengar Rosululloh shollallohu’alaihi wassalam bersabda: ’Sesungguhnya seluruh amal itu tergantung kepada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai niatnya. Oleh karena itu, barangsiapa yang berhijrah karena Alloh dan Rosul-Nya, maka hijrahnya kepada Alloh dan Rosul-Nya. Dan barangsiapa yang berhijrah karena (untuk mendapatkan) dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya itu kepada apa yang menjadi tujuannya (niatnya).’ (Diriwayatkan oleh dua imam ahli hadits; Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrohim bin Mughiroh bin Bardizbah Al-Bukhori dan Abul Husain Muslim bin Al-Hajjaj bin Muslim Al-Qusairy An-Naisabury di dalam kedua kitab mereka yang merupakan kitab paling shahih diantara kitab-kitab hadits).

Subhanalloh, lihatlah besarnya urgensi niat dalam Islam, sampai-sampai hadits tersebut digaransi shahih oleh Bukhori dan Muslim.

Ada yang ingin saya bagi kepada temen-temen yang mungkin belum mengetahuinya. Lihatlah kata-kata yang saya garis bawahi, terutama kalimat yang kedua Dan barangsiapa yang berhijrah karena (untuk mendapatkan) dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya itu kepada apa yang menjadi tujuannya (niatnya)’. Di situ tersurat jika ..... maka .... . Jika berhijrah karena dunia atau karena wanita, maka hijrahnya itu kepada apa yang menjadi tujuannya. Tidakkah tergelitik kita untuk berpikir dan bertanya, “Mengapa redaksinya seperti itu ?” padahal kalau kita bandingkan dengan kalimat sebelumnya adalah ‘ Barangsiapa berhijrah karena Alloh dan Rosul-Nya maka hijrahnya kepada Alloh dan Rosul-nya’. Lalu mengapa kalimat keduanya tidak menjelaskan ulang tujuan yang sama di bagian ‘maka’-nya ? Mengapa tidak Rasulullah katakan saja “...maka hijrahnya itu kepada dunia dan wanita yang ingin dinikahinya.” ?

Inilah yang unik untuk didiskusikan. Ketika saya coba bertanya kepada seorang teman, secara logis dia menjawab “Khan untuk menghemat pemakaian kata...” saya pun tersenyum dan balik menimpali, “tapi redaksi aslinya memang seperti itu. Apakah mungkin seorang Muhammad bin Abdullah menyingkat sabdanya supaya mudah diingat dan hemat saat berbicara ?”

Hehe... Afwan, engga bermaksud ngajak debat atau jadi sok tahu. Tapi insya Alloh cuma ingin berbagi ilmu yang saya dapatkan dalam sebuah diskusi Islami di selasar fakultas waktu itu...

Ternyata, alasan Mengapa Rasulullah berkata demikian adalah supaya niat kita yang salah diawal dapat diperbaiki dan diganti ketika sedang berlangsungnya proses. Makanya Rasulullah berkata demikian, karena jika di tengah jalan kita sadar akan kesalahan niat awal kita dan berhasil mengubahnya untuk Alloh dan Rosul-Nya, maka insya Alloh kita pun akan mendapatkan tujuan mulia itu, yaitu untuk Alloh dan Rosul-Nya.

Wallahu ‘alam bishshowab...

Subhanalloh,,, engga nyangka ya begitu indah dan mudahnya Islam itu, Dia engga pernah menyusahkan hamba-Nya sedikitpun. Karena sesungguhnya kesusahan dan kesulitan yang kita hadapi itu menjadi sulit ketika kita menganggap itu adalah masalah yang sulit. Padahal kalau kita berpikir dan mendalami makna Laa yukallifullaahu nafsan illaa wus ‘ahaa, Alloh tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya’ pastinya kita jadi semakin kuat dan yakin bahwa ini semua adalah ujian untuk kenaikan kelas keimanan kita. Insya Alloh.

Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami Telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan Sesungguhnya kami Telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang dusta.

[QS. Al-‘Ankabuut (29) : 1 -3]


_amalzluvbio 2009_

Komentar

Postingan Populer